PEMBELAJARAN MENDALAM MELALUI KO KURIKULER Integrasi Lintas Mata Pelajaran untuk Gizi dan Prestasi
Konsep Pembelajaran Mendalam (Deep Learning)
Pembelajaran mendalam atau deep learning adalah pendekatan pedagogis yang melampaui hafalan dan pemahaman superfisial menuju pemahaman konseptual yang kuat, kemampuan transfer pengetahuan ke konteks baru, dan pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dalam konteks program NGTS di SMP Muhammadiyah 36, pembelajaran mendalam diwujudkan melalui kokurikuler yang mengintegrasikan tema gizi dan kesehatan ke dalam berbagai mata pelajaran.
Berbeda dengan ekstrakurikuler yang bersifat pilihan dan terpisah dari kurikulum inti, kokurikuler adalah kegiatan yang terintegrasi dengan pembelajaran di kelas dan wajib diikuti seluruh siswa. Pendekatan ini memastikan bahwa setiap siswa mendapat pengalaman pembelajaran mendalam tentang gizi, tidak hanya segelintir siswa yang memilih klub atau ekstrakurikuler tertentu.
Kerangka Integrasi Lintas Mata Pelajaran
1. Matematika: Gizi Sebagai Konteks Pembelajaran Numerasi
Integrasi NGTS dalam matematika mengubah pembelajaran numerasi dari abstrak menjadi kontekstual dan bermakna:
Perhitungan Gizi Seimbang: Siswa belajar konsep proporsi dan persentase melalui perhitungan komposisi makronutrien dalam makanan. Misalnya, jika nasi 100 gram mengandung 28 gram karbohidrat, berapa persen kandungan karbohidratnya? Bagaimana membuat menu dengan proporsi karbohidrat 50-60%, protein 15-20%, dan lemak 25-30%?
Statistik Deskriptif: Siswa mengumpulkan data berat badan dan tinggi badan teman-teman sekelas, menghitung rata-rata, median, modus, dan standar deviasi. Mereka membuat grafik distribusi IMT (Indeks Massa Tubuh) kelas dan menganalisis: "Berapa persen siswa yang termasuk kategori underweight, normal, overweight, atau obesitas?"
Kebutuhan Kalori Personal: Siswa menghitung Basal Metabolic Rate (BMR) menggunakan formula Harris-Benedict, kemudian menyesuaikan dengan tingkat aktivitas fisik untuk mendapat Total Daily Energy Expenditure (TDEE). Mereka kemudian merancang menu harian yang sesuai dengan kebutuhan kalori individual.
Analisis Data Menu Kantin: Siswa melakukan survei harga dan kandungan gizi makanan di kantin sekolah, membuat tabel perbandingan, dan menganalisis: "Makanan mana yang memberikan nilai gizi terbaik untuk harga yang terjangkau?"
Proyeksi Kebutuhan Bahan: Untuk program sarapan bersama yang diikuti 300 siswa, berapa kilogram nasi, lauk-pauk, sayur, dan buah yang diperlukan? Berapa total biaya yang harus dianggarkan?
Melalui pembelajaran kontekstual ini, siswa tidak lagi bertanya "Untuk apa saya belajar matematika?" karena mereka melihat aplikasi langsung dalam kehidupan sehari-hari—membuat keputusan sehat tentang makanan yang mereka konsumsi.
2. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam): Dari Teori ke Praktik
Integrasi NGTS dalam IPA adalah yang paling kaya dan melibatkan pembelajaran hands-on:
Biologi - Sistem Pencernaan: Siswa tidak hanya menghafal organ-organ pencernaan, tetapi memahami proses pencernaan dengan menghubungkannya dengan jenis makanan. Mereka mempelajari mengapa karbohidrat kompleks (nasi merah) lebih baik dari karbohidrat sederhana (gula) karena proses pencernaan yang lebih lambat memberikan energi lebih stabil.
Biologi - Nutrisi dan Metabolisme: Siswa mempelajari peran masing-masing nutrien:
Karbohidrat sebagai sumber energi utama
Protein untuk pertumbuhan dan perbaikan sel
Lemak untuk energi cadangan dan penyerapan vitamin larut lemak
Vitamin dan mineral sebagai kofaktor dalam reaksi metabolisme
Air untuk transportasi nutrisi dan regulasi suhu tubuh
Biologi - Fermentasi: Siswa melakukan eksperimen membuat yogurt dari susu dengan menambahkan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Mereka mengamati perubahan pH, tekstur, dan rasa. Mereka juga membuat tempe dari kedelai dengan jamur Rhizopus oligosporus dan tape dari singkong dengan ragi. Pembelajaran ini tidak hanya mengajarkan proses biokimia fermentasi, tetapi juga pentingnya mikroorganisme "baik" bagi kesehatan pencernaan.
Kimia - Kandungan Gizi: Siswa melakukan uji sederhana untuk mengidentifikasi kandungan makanan:
Uji Lugol untuk mendeteksi karbohidrat (amilum)
Uji Biuret untuk mendeteksi protein
Uji Kertas Buram untuk mendeteksi lemak
Uji Benedict untuk mendeteksi gula pereduksi
Kimia - Pengawet dan Pewarna: Siswa belajar membedakan bahan pengawet dan pewarna alami vs sintetis. Mereka mengidentifikasi bahaya penggunaan formalin, boraks, atau rhodamin B dalam makanan.
Fisika - Energi dan Kalori: Siswa mempelajari konsep energi dalam konteks makanan. Mereka menghitung berapa banyak kalori yang dibakar saat melakukan aktivitas fisik (berjalan, berlari, bersepeda) dan menghubungkannya dengan asupan kalori dari makanan.
Proyek Penelitian - "Si Decan": Siswa melakukan penelitian tentang pemanfaatan kitosan dari cangkang udang dan pati dari umbi ganyong untuk membuat edible plastic (plastik yang bisa dimakan dan ramah lingkungan). Proyek ini mengintegrasikan kimia organik, biologi, dan kesadaran lingkungan. Siswa melalui seluruh siklus penelitian ilmiah: identifikasi masalah (sampah plastik), kajian literatur, hipotesis, eksperimen, analisis data, dan presentasi hasil.
3. IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial): Dimensi Sosial-Ekonomi Gizi
Meskipun masih dalam tahap pengembangan, integrasi NGTS dalam IPS memiliki potensi besar:
Ekonomi - Harga dan Nilai Gizi: Siswa menganalisis mengapa makanan sehat sering lebih mahal daripada junk food. Mereka mempelajari konsep ekonomi skala, subsidi pemerintah untuk bahan pokok, dan strategi ekonomi untuk membuat makanan sehat lebih terjangkau.
Ekonomi - Gizi Kewirausahaan: Siswa belajar konsep produksi, harga pokok produksi, penetapan harga jual, pemasaran, dan margin keuntungan melalui produksi makanan sehat (yogurt, tempe, tape). Mereka membuat business plan sederhana untuk koperasi siswa.
Geografi - Distribusi Pangan: Siswa mempelajari mengapa beberapa daerah di Indonesia mengalami kerawanan pangan. Mereka menganalisis faktor geografis (iklim, tanah, akses transportasi) yang memengaruhi produksi dan distribusi pangan.
Sosiologi - Pola Konsumsi: Siswa menganalisis bagaimana faktor sosial-budaya memengaruhi pola makan. Mengapa makanan cepat saji menjadi tren di kalangan remaja perkotaan? Bagaimana iklan dan media sosial memengaruhi pilihan makanan? Apa peran peer pressure dalam kebiasaan makan remaja?
Sejarah - Evolusi Pola Makan: Siswa mempelajari bagaimana pola makan masyarakat Indonesia berubah dari era pra-kolonial, kolonial, hingga modern. Apa dampak revolusi hijau terhadap konsumsi beras? Bagaimana modernisasi memengaruhi kesehatan masyarakat?
Kewarganegaraan - Hak atas Gizi: Siswa mempelajari bahwa mendapat asupan gizi yang cukup adalah hak asasi manusia. Mereka mendiskusikan tanggung jawab negara dalam memastikan ketersediaan pangan, peran warga negara dalam memilih makanan sehat, dan hak konsumen untuk mendapat informasi nutrisi yang jujur.
4. PJOK (Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan): Gizi dan Performa Fisik
PJOK menjadi mata pelajaran natural untuk integrasi NGTS:
Pengukuran Status Gizi: Setiap semester, siswa diukur berat badan, tinggi badan, dan dihitung IMT-nya. Data ini tidak hanya dicatat, tetapi dianalisis: "Bagaimana status gizi saya? Apakah saya perlu menambah atau mengurangi berat badan? Berapa target yang realistis?"
Hubungan Gizi dan Performa: Siswa melakukan eksperimen sederhana: "Bagaimana performa lari 100 meter saya ketika sarapan vs tidak sarapan?" Mereka belajar bahwa asupan gizi memengaruhi energi, daya tahan, kecepatan pemulihan, dan risiko cedera.
Kebutuhan Energi Berdasarkan Aktivitas: Siswa belajar bahwa kebutuhan kalori berbeda untuk atlet, siswa aktif, dan siswa kurang aktif. Mereka menghitung berapa kalori yang dibakar saat bermain basket, sepak bola, atau berenang, dan menyesuaikan asupan makanan.
Aktivitas Fisik Rutin: Senam bersama setiap minggu kelima tidak hanya untuk olahraga, tetapi juga untuk membangun pembiasaan aktivitas fisik. Siswa belajar bahwa gizi seimbang harus diimbangi dengan aktivitas fisik untuk kesehatan optimal.
Hidrasi: Siswa belajar pentingnya minum air cukup, terutama saat berolahraga. Mereka menghitung kebutuhan hidrasi berdasarkan berat badan dan tingkat aktivitas.
5. Prakarya: Kreativitas dalam Gizi
Pengolahan Makanan Bergizi: Siswa belajar teknik memasak makanan sehat—merebus, mengukus, memanggang—yang mempertahankan nutrisi lebih baik daripada menggoreng. Mereka membuat menu kreatif dari bahan-bahan sederhana.
Desain Kemasan: Siswa merancang kemasan untuk produk makanan sehat yang mereka buat (yogurt, tempe). Mereka belajar desain grafis, pemilihan material kemasan yang food-grade, dan pembuatan label nutrisi yang informatif.
Inovasi Produk: Siswa memodifikasi makanan tradisional menjadi lebih menarik bagi remaja—misalnya tempe crispy dengan berbagai rasa, tape brownies, atau es krim yogurt. Mereka belajar bahwa makanan sehat tidak harus membosankan.
Teknologi Pangan Sederhana: Siswa belajar prinsip pengawetan makanan—pengeringan, fermentasi, pasteurisasi—untuk memperpanjang shelf life produk mereka tanpa bahan kimia berbahaya.
6. Bahasa Indonesia/Inggris: Literasi dan Komunikasi Gizi
Literasi Kritis: Siswa menganalisis iklan makanan dan minuman di televisi atau media sosial. Mereka belajar mengidentifikasi klaim yang menyesatkan (misleading claims) seperti "bebas gula" (padahal tinggi lemak), "natural" (padahal mengandung pengawet), atau "boosts energy" (karena tinggi kafein).
Menulis Artikel: Siswa menulis artikel tentang topik gizi untuk majalah dinding sekolah atau blog sekolah. Mereka belajar struktur artikel, argumentasi berbasis fakta, dan sitasi sumber.
Membuat Kampanye: Siswa merancang kampanye komunikasi untuk mempromosikan perilaku sehat—poster anti-rokok, video pendek tentang bahaya junk food, infografis tentang gizi seimbang. Mereka belajar teknik persuasi yang etis.
Bahasa Inggris: Siswa membaca artikel atau menonton video tentang nutrition dalam bahasa Inggris, memperluas vocabulary terkait kesehatan. Mereka juga membuat presentasi dalam bahasa Inggris tentang traditional Indonesian food dan kandungan gizinya.
7. Pendidikan Agama Islam: Dimensi Spiritual Gizi
Halal dan Thayyib: Siswa mempelajari konsep halal (diperbolehkan secara syariat) dan thayyib (baik/bergizi). Islam tidak hanya memerintahkan makanan halal, tetapi juga yang baik bagi tubuh. Makanan junk food mungkin halal, tetapi tidak thayyib.
Adab Makan: Siswa mempelajari sunnah Rasulullah dalam makan—berdoa sebelum dan sesudah makan, makan dengan tangan kanan, duduk, tidak berlebihan, dan berhenti sebelum kenyang. Adab ini ternyata selaras dengan prinsip mindful eating dalam ilmu gizi modern.
Puasa dan Kesehatan: Dalam pembelajaran tentang puasa Ramadan, siswa mempelajari aspek kesehatan—pentingnya sahur untuk energi sepanjang hari, berbuka dengan kurma dan air putih (sumber gula cepat dan hidrasi), dan menu seimbang saat sahur dan berbuka.
Shadaqah dan Berbagi: Siswa belajar bahwa berbagi makanan bergizi kepada yang membutuhkan adalah bentuk ibadah. Program kantin sehat yang terjangkau adalah bentuk kepedulian sosial.
Kesehatan Sebagai Nikmat: Siswa mempelajari hadits "Ada dua nikmat yang sering dilupakan manusia: kesehatan dan waktu luang." Menjaga kesehatan melalui gizi seimbang adalah bentuk syukur kepada Allah.
Model Pembelajaran Terintegrasi: Contoh Kasus
Untuk memahami bagaimana integrasi lintas mata pelajaran bekerja, berikut contoh pembelajaran terintegrasi dengan tema "Menu Seimbang untuk Remaja":
Minggu 1 - IPA: Siswa mempelajari kebutuhan nutrisi remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan cepat—tinggi protein untuk pertumbuhan, tinggi kalsium untuk tulang, tinggi zat besi terutama untuk remaja putri.
Minggu 1 - Matematika: Siswa menghitung kebutuhan kalori harian mereka berdasarkan usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan tingkat aktivitas. Mereka membuat tabel kebutuhan nutrisi personal.
Minggu 2 - Prakarya: Siswa merancang menu seimbang untuk satu hari (sarapan, makan siang, makan malam, snack) yang memenuhi kebutuhan kalori dan nutrisi mereka. Mereka membuat menu kreatif yang menarik bagi remaja.
Minggu 2 - IPS: Siswa menghitung biaya untuk menu yang mereka rancang. Mereka mencari tahu harga bahan makanan di pasar, menghitung harga pokok, dan menganalisis apakah menu mereka terjangkau untuk keluarga dengan berbagai tingkat ekonomi.
Minggu 3 - PJOK: Siswa melakukan uji coba—makan sesuai menu yang mereka rancang selama satu minggu dan mencatat energi mereka saat berolahraga. Apakah mereka merasa lebih berenergi? Apakah performa olahraga mereka meningkat?
Minggu 3 - Bahasa Indonesia: Siswa menulis refleksi tentang pengalaman mereka mengikuti menu seimbang. Apa tantangannya? Apa manfaat yang dirasakan? Apa yang akan mereka lanjutkan atau ubah?
Minggu 4 - PAI: Siswa mendiskusikan bagaimana menu mereka selaras dengan ajaran Islam tentang makan seimbang dan tidak berlebihan.
Minggu 4 - Presentasi: Siswa mempresentasikan menu mereka, analisis biaya, pengalaman, dan refleksi kepada kelas. Mereka saling memberikan feedback.
Manfaat Pembelajaran Mendalam Melalui Kokurikuler
1. Relevansi dan Makna: Siswa melihat bahwa apa yang mereka pelajari di kelas memiliki aplikasi langsung dalam kehidupan sehari-hari. Ini meningkatkan motivasi belajar.
2. Retensi Lebih Baik: Ketika siswa belajar konsep melalui berbagai mata pelajaran dan mengaplikasikannya dalam praktik, pemahaman mereka lebih dalam dan tahan lama dibanding hafalan.
3. Transfer Pengetahuan: Siswa belajar bahwa pengetahuan tidak terbatas dalam satu disiplin. Mereka dapat mentransfer konsep matematika ke IPA, konsep IPA ke PJOK, dan seterusnya.
4. Keterampilan Abad 21: Pembelajaran terintegrasi mengembangkan critical thinking (menganalisis informasi gizi), creativity (merancang menu menarik), collaboration (kerja kelompok), dan communication (presentasi).
5. Pembiasaan Holistik: Dengan mengintegrasikan gizi dalam seluruh pembelajaran, sekolah membangun budaya sehat yang holistik, bukan sekadar program sporadis.
6. Efisiensi Waktu: Kokurikuler tidak memerlukan waktu tambahan di luar jam pelajaran. Konten gizi terintegrasi dalam pembelajaran yang sudah ada, sehingga tidak menambah beban siswa.
7. Kesetaraan Akses: Karena kokurikuler wajib untuk semua siswa (bukan pilihan seperti ekstrakurikuler), setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk belajar tentang gizi dan kesehatan.
Kesimpulan
Pembelajaran mendalam melalui kokurikuler mengubah cara siswa memahami gizi—dari sekadar pengetahuan hafalan menjadi pemahaman mendalam yang terintegrasi dalam berbagai aspek kehidupan. Ketika matematika, IPA, IPS, PJOK, Prakarya, Bahasa, dan PAI semuanya mengajarkan aspek berbeda dari gizi, siswa mendapat pembelajaran holistik yang mempersiapkan mereka tidak hanya untuk ujian, tetapi untuk kehidupan sehat sepanjang hayat.
SMP Muhammadiyah 36 Jakarta telah menunjukkan bahwa integrasi kurikuler bukan hanya mungkin, tetapi sangat efektif dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna dan berdampak nyata pada perilaku dan kesehatan siswa.
Mona Farida, SE, M. Pd
Kepala SMP Muhammadiyah 36 Jakarta
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Gizi Juara, Prestasi Maksimal: Pembelajaran Mendalam Melalui Strategi Kokurikuler untuk Generasi Unggul di SMP Muhammadiyah 36 Jakarta
PendahuluanPendidikan holistik di era modern tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan kognitif, tetapi juga pada pembentukan karakter dan kesehatan peserta didik secara menyeluruh
Sekolah SMP Muhammadiyah 36 Jakarta menerima award Outstanding Schools and Partners Appreciation 2025
SMP Muhammadiyah 36 Jakarta menerima penghargaan Outstanding Schools and Partners Appreciation 2025 dari Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Centre for Food and
Sekolah SMP Muhammadiyah 36 Jakarta menerima award Outstanding Schools and Partners Appreciation 2025
SMP Muhammadiyah 36 Jakarta menerima penghargaan Outstanding Schools and Partners Appreciation 2025 dari Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Centre for Food and
GREEN WARRIORS : Memanen Pupuk Kompos Biopori
Peserta didik SMP Muhammadiyah 36 Jakarta yang tergabung dalam ekstrakulikuler Kelompok Ilmiah Remaja memanfaatkan lahan tanah yang sedikit disekolah dengan membuat biopori. Biopori ada
Mari Selamatkan Bumi dan Lingkungan
Pimpinan SMP Muhammadiyah 36 Ibu Mona Farida, SE, M. Pd bersama Wakil Pimpinan Humaidi, S.Pd yang tergabung bersama Indonesia Green Principal Award (IGPA) dalam Kegiatan Circular School
Olimpiade Muhammadiyah Berprestasi Nasional (OMBN)
Olimpiade Muhammadiyah Berprestasi Nasional (OMBN) adalah ajang bergengsi yang diselenggarakan oleh Persyarikatan Muhammadiyah untuk mengasah potensi dan kreativitas siswa-siswi Muhamma
Kepala SMP Muhammadiyah 36 Jakarta dilantik Pengurus CSPP (Circular School Program Partnership) Tahun 2025-2027
Kepala SMP Muhammadiyah 36 di tunjuk sebagai Bendahara di kepengurusan CSPP. Program CSPP, di tahun 2025 telah memiliki alumni 124 sekolah di seluruh Indonesia. Awal mula dari Inisiat
MENGENAL LEBIH DALAM TENTANG JURNALISTIK DAN PROFESINYA : SISWA SMP MUHAMMADIYAH 36 JAKARTA
Sabtu, 22 Februari 2025 Siswa SMP Muhammadiyah 36 Jakarta berkontribusi pada kegiatan Pelatihan dan lomba Jurnalistik yang diselenggarakan oleh Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Tekno
Setiap Hari Kita Makan Plastik ?
SMP Muhammadiyah 36 Jakarta kembali mengikuti kegiatan Greenpeace yang bertajuk " Hidden Pollution: The Unseen of Microplastics " pada Hari Minggu, 23 Februari 2025 di Creative Hall, M
Science Club SMP Muhammadiyah 36 Jakarta
Assalamualaikum wr wb Science Club adalah ekstrakulikuler yang menjadi ranah pengembangan minat dan bakat sains pada peserta didik SMP Muhammadiyah 36 Jakarta. Akan tetapi, tidak hanya